Neraca Dagang Tak Sesuai Harapan, IHSG Terjungkal dari Posisi 6.400
Pergerakan Index Harga Saham Kombinasi (IHSG) belum sanggup bergerak dari zone merah pada penutupan perdagangan saham, Jumat, (15/1/2021). Ini bersamaan keluarkan data neraca perdagangan yang di bawah keinginan dan jemu beli ke pasar saham.
Pada penutupan perdagangan, IHSG turun 54,90 point atau 0,85 % ke status 6.373,41. Index saham LQ45 turun 1,36 % ke status 988,75. Sejumlah besar index saham referensi tertekan.
Sekitar 321 saham menurun hingga mendesak IHSG. 169 saham kuat dan 141 saham diam dalam tempat. Keseluruhan volume perdagangan 27,9 miliar saham. Nilai transaksi bisnis harian saham Rp 23,6 triliun. Investor asing jual saham Rp 131,87 miliar di semua pasar. Status dolar Amerika Serikat pada rupiah 14.015.
Sejumlah besar bidang saham tertekan terkecuali bidang saham konstruksi naik 1,01 %. Bidang saham bermacam industri turun 2,43 %, dan pimpin pelemahan, dituruti bidang saham pertanian turun 1,43 % dan bidang saham keuangan turun 1,41 %.
MPO Slot Online Beberapa saham yang catatkan hebat gainers diantaranya saham DGNS naik 35 % ke status Rp 270 dan terkena auto reject atas (ARA), saham ARTO naik 25 % ke status Rp 5.675 per saham, dan saham FILM naik 25 % ke status Rp 350 per saham.
Sedang beberapa saham yang menurun diantaranya saham BPII turun 7 % ke status Rp 9.300 per saham, saham STAR turun 7 % ke status Rp 93 per saham, dan saham RONY terpeleset 6,99 % ke status Rp 173 per saham.
Bursa saham Asia juga sejumlah besar menurun terkecuali index saham Shanghai naik 0,01 %, index saham Singapura mendaki 0,23 %, dan index saham Hong Kong Hang Seng naik 0,27 %.
Saat itu, index saham Korea Selatan Kospi menurun 1,75 %, index saham Jepang Nikkei turun 0,62 %, index saham Thailand turun 0,98 % dan index saham Taiwan terpeleset 0,58 %.
Riset PT Reliance Sekuritas Lanjar Nafi menjelaskan, revisi IHSG yang berlangsung lumrah. Ada beberapa factor yang membuat IHSG tertekan menjelang akhir minggu. Pertama, keadaan IHSG yang dipandang sudah overbought atau jemu membeli dan investor waspada akan berlangsungnya tindakan mengambil untung.
Ke-2 , data neraca perdagangan di bawah keinginan walau juga rutinitas export yang kembali tumbuh tinggi tetapi dituruti rutinitas import yang semakin tinggi. Ke-3 , bidang bermacam industri, pertanian dan keuangan terdalam hingga mendesak IHSG.
"Ke-4 perbankan turun sesudah investor waspada akan neraca keuangan untuk tahun penuh 2020 tidak sesuai dengan keinginan. Ke-5, mengantisipasi kenaikan credit macet waktu wabah," tutur ia waktu dikontak.
Awalnya, Tubuh Pusat Statistik (BPS) umumkan neraca perdagangan Indonesia pada masa Desember 2020 alami surplus sebesar USD 2,1 miliar. Surplus itu berawal dari export dan import di bulan kemarin.
Kepala BPS Suhariyanto menjelaskan, pada Desember 2020, nilai export terdaftar USD 16,54 miliar, tumbuh 14,63 % dibanding masa yang serupa tahun awalnya. Bulan awalnya, export tumbuh 9,54 %.
"Banyak komoditas yang alami penigkatan harga seperti batu bara, minyak kernel, minyak kelapa sawit, tembaga, dan aluminium. Kenaikan harga ini akan punya pengaruh besar ke nilai export pada Desember 2020," katanya, Jumat, 15 Januari 2021.
Saat itu nilai import Indonesia pada Desember terdaftar USD 14,44 miliar. Jika dibanding dengan November 2020, import itu alami peningkatan sejumlah 14 %.
"Walau secara year on year nilai import pada Desember 2020 ini turun tipis sekali 0,47 %. Secara month to month peningkatan import 14 % muncul karena ada peningkatan import migas dan non migas," tutur ia.
